Senin, 02 November 2009

Kereta Api Berhantu...???

Nike dan Johny sedangberangkat menuju kerumah pamannya di Polchester, Irian Utara.

“Ingat, pukul 10.42 tujuan langsung ke polchester” pesan ibu.

“Kalian jangan sampai salah naik”Nike yang berusia lebih tua dibanding Johny, mencatat waktu perjalanan.

Sekarang keduanya sudah ada diperon. Mereka berdiri diperon. Mereka berdiri didekat tas-tas bawaan. Mereka tidak menunggu kereta terlalu lama. Papan petunjuk listrik menyala dan terbaca tujuannya : ‘polchester’ dengan catatan waktu disampingnya. Ketika kereta memasuki stasiun, Nike dan Johny langsung naik kedalam gerbong. Ketika kereta itu mulai berangkat kembali, mereka masih memperhatikan orang-orang berdiri diperon

“Aneh...”Cetus Nike

“Kepikir tadi semua orang hendak pergi ke Polshester. Wanita tua disana bilang mau kesana. Aku dengar sendiri tadi”Lanjut Nike

“Tak perlu panik, kita berada di kereta yang benar. Kita telah melihat pada papan petunjuk. Ingat itu?””Sahut Johny

Kedua bocah itu duduk, disebrang mereka ada seorang laki-laki mengenakan topi sedangmembaca koran dan di pojok nampak seorang wanita memangku anaknya. Johny dan Nike melirik ke koran laki-laki itu dan mencoba memecahkan teka-teki yang mereka alami. Di halaman belakang dan sambil menguap, dia memandang keluar jendela. Tiba-tiba ia meluruskan duduknya.

“Johny! Kita naik kereta yang salah! Seharusnya kita sedang melintasi ujung jalan sekarang, tapi itu tidak kelihatan!”Pekik Nike. Johnypun juga memandang keluar jendela

“Anah sekali, disana tidak ada kompleks rumah Estat, tetapi itu danaunya. Lihatlah!”Dia mencetus

“Pasti danau yang lain. Rumah-rumah dan jalan-jalan tidak mungkin lenyap begitu saja”Kata Nike menenangkan Johny dan dirinya sendiri. Kereta api itu melaju melewati sebuah stasiun Berrytown.

Johni memandango Nike dengan mata lebar. “Ini stasiun setelah stasiun keberangkatan, Nike. Jadi kita pasti naik keretayang benar”. Kedua bocah itu merasa kebingungan. Mereka merasa telah terjadi sesuatu yang ganjil. Ketika mereka memandang keliling gerbong, mereka melihat sesuatu yang aneh. Nampak oleh mereka seulur tali kulit untuk membuka jendela dan pada setiap rak terdapat foto-foto berwarna kecoklatan dan buram di bingkai. “Barang kali kita salah naik, tak sengaja ikut sebuah kereta istimewa dengan model lama”tukas Nike. Dia menarik nafas panjang. Terasa hatinya lega, “ya, pasti itu jawabannya”

“Hmm...tetapi kereta model kuno tidak membikin jalanan dan rumah-rumahan menjadi lenyap!”jawab Johny. Dia melonjorkan muka untuk mengajak pria yang sedang membaca koran. “Maaf tuan, saya heran jika...”

Tetapi lelaki itu sama sekali mengacuhkannya. “Oh betapa tak tahu adat orang itu” Johny mendengus. Seseorang kondektur membuka pintu geser dari lorang sambil berteriak “Karcis”.

Nike mengeluarkan dua tiket dan mengangsurkannya. Tetapi kodektur tidak mengacuhkannya. Leleki di balik koran mengangsurkan tangan yang menggenggam tiket, tanpa peduli untuk merendahkan korannya.

“Terima kasih tuan”ujar kondektur “terima kasih nyonya”dia mengucap kembali ketika manita bersama anaknya memperhatikan karcis

Johni menjawil Nike “Kamu lihat tiket-tiket mereka? Nampaknya tidak seperti biasanya. Kecil dan berwarna biru, seperti dari karton. Semuanya nampak ganjil. Kondektur tidak melihat kita. Dan lihat, kita baru saja melewati persilangan Siddlecombe, seharusnya kita melihat jalan tol, tetapi kenapa sekatang tidak?”

Johny dedang mempelajari bagian belakang koran si lelaki tadi. Pada bagian atas, tepat di bawah logo koran tertulis tanggal “15 maret 1978”bacanya. “Nike!! Kita sedang masuk kemasa silam! Kita sedang naik kereta yang pernah melewati jalan ini dua puluh tiga tahun yang lalu!”Nike tidak percaya. Mereka mencoba mengingat cerita apa yang terjadi pada tanggal itu.

Akhirnya mereka ingat, bahwa pada tanggal itu terjadi tabrajan kereta api dijalur ini. Pangkaian kereta api tujuan polchester menabrak bagian belakang rangkaian kereta api lain di luar stasiun polchester. Sebagian besar penumpang tewas atau cedera berat. Lalu Johny berdiri dan menarik tali rem darurat. Tetapi,tidak terjadia apa-apa. Johny terus berusaha untuk sampai kereta pai berhenti

Johny berusaha membuka jendela. Dia menyentak keras tali kulit, dan aneh sekali...jendelapun terbuka lebar. Sehembus angin kencang, si lelaki tadi merendahkan korannya, mendesah maeah dan menatapnya. Keasyikannya membaca terganggu. Karena merasa risih, wanita itu bangkit, meminta maaf kepada si lelaki, dan berkata bahwa ia akan pindah kegerbong lain bersama anaknya.

Kereta terus melaju...

“Barang kali kita bisa melompat turun”kata Nike sambil mengintip lewat jendela “terus kita lari kekotak sinyal terdekat dan menghentikan kereta. Kita bisa mencegah sebuah tragedi besar”katanya sambil memandangi wajah abangnya

Nike tiba-tiba menjadi pendiam. Karena ada sebuah kisah tentang seorang anak yang terperangkap dan tewas sebelum ia kembali kemasanya sendiri. Tapi itu hanyalah berita belaka, tapi.....siapa tahu!

Kereta api terus melaju kencang, sehinga membuat Nike semakin resah dan gelisah. Akankah ia dan Johny akan bernasib sama seperti gadis didalam cerita itu? Namun secara ajaib kereta api berjalan lebih lambat.

“Ayo Nike! Ini kesempatan kita untuk melompat dari kereta api ini!”ujar johny setengah berteriak. Mereka lalu berlari kencang melintasi lorong. Lalu membuka pintu gerbang lebar-lebar dan merekapun melompat.

Tubuh mereka terlontar ke udara dan jatuh kererumputan. Kereta api itupun kembali berjalan dengan kencang, melewati tikungan dan hilang dari pandangan mereka.

Dua hal terjadi bersamaan. Dari jalur kereta yang jauh terdengar suara benturan, bising, dan menyakitkan telinga, bernyaring-nyaring, tetapi segera tertutup ole suara raungan sebuah pesawat SuperSonic terbang rendah. Secara naluri anak-anak, mereka menutup telinga mereka.

Saat membuka mata, tiba-tiba mereka suadh berada di kampung halaman mereka. Lampu petunjuk berkedip-kedip “Polchester”. Ketika kereta antar kota yang besar dan berkilatan itu masuk. Semua penumpang di peron maik. Nike dan Johnypun mengikuti mereka.

Mereka duduk disamping seorang wanita bersama seorang bocah kecil yang melirik penuh kagum keluar jendela.

“Dia suka berpergian naik kereta api”kata wanita itu kepada Nike dan Johny “melebihi kesukaanku. Aku hampir tewas dalam sebuah tabrakan pada jalur ini juga, pada tahun 1979. Waktu itu aku masih kecil. Kata ibu, aku tersentak bangun ketika tiba-tiba jendela terbuka dengan sendirinya. Andai kata ibuku tidak pindah ke gorbong belakang, entah apa jadinya. Sebuah kecelakaan hebat, tapi tentu saja kalian belum lahir kan?”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar